Rabu, 06 Februari 2013

Small Things Matter

 
Hari ini UAS hari terakhir di sekolahku. UAS sudah berlangsung sejak hari Senin sampai sekarang atau Sabtu. Untuk kelas X, ada 16 matpel yang diujikan, sedangkan di kelas XI–XII ada 13 matpel. Itu berarti setiap hari ada 2-3 matpel yang diujikan untuk kelas X.
Seperti biasa, guru mendapat tugas untuk menjadi pengawas. Ada 31 ruang kelas di SMAN 2 Sidoarjo. Sementara jumlah guru 54 orang. Artinya, satu guru mengawasi satu ruang.
Dalam satu ruang, ada kurang lebih 33–36 anak yang terdiri atas 2 jenjang kelas yang berbeda. Maksud saya, 16–18 anak yang duduk di sebelah kiri adalah siswa kelas X, sedangkan 16–18 anak yang duduk di sebelah kanan adalah murid kelas XI atau XII. Hal ini dimaksudkan agar bisa mengurangi tindakan menyontek/mengerpek/bertanya jawaban kepada teman lain.

Begitu bel berbunyi, guru-guru pun masuk kelas dan membagikan lembar soal maupun lembar jawab. Kurang lebih 15 tahun menjadi guru, saya tidak memperhatikan hal ini. Tapi entahlah, mengapa pada kesempatan UAS ini kok ya saya tergelitik memperhatikannya.
Hal apa itu? Sebuah hal kecil yang sering namun bisa jadi berefek besar: Rasa terima kasih. Loh, apa hubungannya UAS dengan rasa terima kasih?
Ketika guru membagikan lembar soal dan jawaban, saya melihat hanya ada beberapa siswa yang mengucapkan terima kasih. Jujur saja, jika ada siswa yang mengucapkan terima kasih ketika saya membagikan lemar soal dan jawab, saya merasa lebih dihargai oleh siswa. Entah mengapa.
Mengucapkan terima kasih berarti memberikan penghargaan/penghormatan kepada guru yang telah membagikan lembaran soal. Itu adalah salah satu karakter dari 18 poin pendidikan karakter.
Kalau kita membiasakan diri untuk memberikan ucapan terima kasih kepada orang lain, kita akan terbiasa menghargai orang lain, bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar